Tuesday, January 02, 2007 |
2007: Berharap Lebih Baik |
Tahun 2006 sudah berlalu. Tahun 2007 menjejak. Ada sekitar 363 hari lagi ke depan yang akan dan harus kita lewati. Berbagai resolusi pun terpikir, tertulis, dan terucap oleh setiap orang, mulai dari berharap karier, kesehatan, ekonomi yang lebih baik hingga peruntungan untuk menggapai mimpi-mimpi di tahun yang baru.
Sesungguhnya, hari-hari yang ada di tahun yang baru ini tidaklah berbeda dengan hari-hari yang sudah kita lewati di tahun-tahun sebelumnya. Pagi-siang-sore ketemu pagi lagi; Senin bertemu Senin lagi demikian selanjutnya hingga bulan ketemu bulan yang sama lagi, demikian berlanjut terus, seakan tak ada habisnya. Yang berbeda adalah kita yang melewati hari-hari itu. Satu hal yang jelas, kita bertambah tua. Tak terasa aku juga sepertinya harus mulai rajin ke salon untuk mengecat rambut yang sudah mulai ubanan. Ternyata, benar kata orang, "umur tidak bisa dilawan".
Mengawali tahun yang baru ini, tak mau ketinggalan, aku juga mau beresolusi. Ingin rasanya pada tahun 2007 ini untuk bisa menggapai mimpi. Sebagian tentu mimpi-mimpi yang selama tahun 2006 belum tercapai. Aku ingin di tahun ini bisa punya momongan lagi dan aku tahu bahwa Tuhan menjawabnya. Terus, keinginan untuk menjadi penulis lepas dan bisa menulis buku menjadi target pada tahun ini.
Agaknya juga di tahun ini harus lebih mendisplinkan diri untuk menyediakan waktu untuk membaca buku. Tak pelak lagi, agenda mesti disusun rapi untuk bisa mengisi otak ini agar tidak bodoh dan bisa diisi dengan pengetahuan dengan membaca. Aku setuju dengan iklan yang disampaikan oleh Tantowi Yahya:
"... tidak membaca itu sangat dekat dengan kebodohan, dan kebodohan itu sangat dekat dengan kemiskinan".
Tahun 2007 ini merupakan tahun untuk bisa memperoleh hikmat dan menjadi lebih bijak. Aku mau setiap hari bisa kulewati dengan hikmat-kebijaksanaan (kayak butir Pancasila aja kan). Banyak hari terlewati pada tahun lalu tanpa hikmat-kebijaksanaan. Pada tahun ini, aku ingin bijak berpikir; bijak berinisiatif; bijak bertutur kata; bijaksana dalam bermasyarakat; dan bijak menentukan pilihan. Aku jadi teringat dengan doa raja Salomo yang tidak memohon untuk menjadi kaya, tetapi ia mohon kepada Tuhan agar diberi hikmat. Tetapi, lihat ... dia dicatat sebagai seorang raja yang kaya raya sepanjang sejarah. Ia membangun Bait Allah berlapis emas. Tuhan menjawab doa Salomo, ia diberi hikmat yang luar biasa. Siapa yang meragukan hikmat yang dimilikinya. Ia bijaksana dalam mengambil keputusan. (Hanya saja, agaknya ia terpeleset untuk memutuskan melakukan super-poligami dengan 1.000 istri, dan pada akhirnya, seperti kita ketahui, ia akhirnya dihukum oleh Tuhan karena ketidakbijaksanaannya itu).
Berharap lebih baik di tahun ini adalah sesuatu yang menjadi harapan kita semua. 1001 tantangan sudah menanti kita. Mungkin suatu kali kita akan terpeleset juga. Itu adalah manusiawi, bukan. Tetapi, seberapa banyak kita terpeleset bukanlah hal yang penting. Namun, yang paling penting adalah sejauh mana kita mampu bangun kembali dan berkata, "Yes, I'm a winner".
Mari kita lewati tahun ini dengan semangat dan terus membenahi diri. Hanya babi yang kembali memakan muntahnya sendiri (jorok ya....). Juga Harry Roesli (Alm), seorang budayawan, pernah menulis begini:
Jangan pernah merasa takut! Yang takut cuma cecurut. Besok atau lusa, perubahan pasti datang. Sadar atau tidak, dituntut atau diarahkan. Terus berjuang! Jangan pernah menyerah demi sebuah kepercayaan. Di akhir postingan ini aku menyempilkan sedikit asa, tahun 2007 adalah tahun kebangkitan dan keberhasilan buat kita semua, termasuk buat kamu yang menyempatkan membaca tulisan ini. Tuhan memberkati Anda semua.
|
posted by Apollo Lase @ 10:38 PM |
|
|