Monday, April 03, 2006
Beda Persepsi
Penyampaian pesan dalam ilmu komunikasi disebut efektif apabila pesan yang diterima oleh komunikan (penerima pesan) sesuai dengan diinginkan oleh komunikator (penyampai pesan). Ketika kita sampaikan pesan A kepada orang lain, bila ditanggapi B berarti proses komunikasi yang kita lakukan tidak berjalan dengan baik. Komunikasi berhasil bila ketika komunikator menyampaikan A dan komunikan juga memaknainya A. Ternyata orang lain bisa saja memiliki presepsi berbeda terhadap setiap simbol komunikasi yang kita pakai dalam berkomunikasi.

Saya punya pengalaman yang sedikit ada hubungannya dengan kalimat di atas. Kemarin, Minggu (2/4/2006) seperti biasa, setiap sore, saya dan beberapa teman kuli kata makan malam di kantin belakang kantor saya. Mungkin karena libur, beberapa warung penjaja makanan tutup. Warung Agus, demikian nama warung itu kami sebut karena yang punya bernama Agus, juga ikutan tutup. Warung Agus terkenal dengan roti bakarnya, mi rebus, segala minuman botol (kecuali vodka), dan sebagainya. Nah, karena warung Agus tutup, terpaksa pilihannya pada warung gendut. Lagi-lagi atribusinya ini kami ciptakan karena pemiliknya berbadan gendut. Warung gendut ini biasa menjual nasi goreng, nasi jenggo, mi rebus dan mi goreng.

Karena enggak ada pilihan, akhirnya saya pesan nasi goreng. "Mas, saya pesan nasi goreng ya, satu. Enggak usah pakai daging ayam ya. Terus telurnya diceplok saja." Si masnya manggut-manggut. Pasti kalau manggut-manggut tandanya mengerti apa yang saya sampaikan. Temanku, Nuradji, juga pesan. "Mas, saya juga nasi goreng, terus enggak usah pake kecap, dan telurnya juga diceplokin aja ya."

Tidak lama kemudian, pesanan kami pun diantar. Begitu memulai sesuap, ternyata nasi goreng pesanan saya masih dikasih daging ayam dan telurnya bukan diceplok, namun didadar. Nasi goreng Nuradji juga telurnya tidak diceplok tetapi dicampur dengan nasi gorengnya. Ada kekecewaan. Saya yang tadinya lapar menjadi enggak selera. Alhasil, nasi goreng tersisa setengah. Beruntung Nuradji bisa menghabiskan nasgornya. Melihat kejadian itu, seorang temanku, Priski, mengatakan, "Apollo, harusnya tungguin sampai dia memulai menggoreng nasi pesananmu. Jadi memang harus cerewet ke masnya itu." ujar Priski. "Ah masak sih, segitunya," ujarku. Saya pun disadarkan bahwa kalau menyampaikan pesan, mesti harus melihat dulu siapa orangnya, sehingga cara komunikasinya disesuaikan.

Lalu apa yang salah dengan komunikasi saya di atas sehingga saya harus kecewa?

Oh, iya saya ingat juga satu peristiwa, yang entah lucu atau tidak. Begini ceritanya. Saat saya masih SMA di Gunungsitoli, Nias, guru saya namanya Agustinus Harefa, biasa kami panggil Pak Ag Harefa, meminta tolong kepada temanku, Ohezaro, untuk dibelikan rokok Jarum 16. "Ohe, tolong belikan jarum dong. 16 ya," kata guruku itu sambil menyerahkan uang. Ohe dengan tenang pergi ke warung di depan sekolahku. Tak lama kemudian Ohe pulang dan menyerahkan pesanan Pak Ag Harefa itu. Pak Ag terpaksa kecewa. Kenapa kecewa? Karena Ohe tidak membeli rokok jarum 16, tetapi membeli jarum (buat menjahit) sebanyak 16 biji. "Ohe, saya pesan rokok Jarum 16 bukan jarum!!!. Emang saya tukang jahit," kata Pak Ag sedikit geram dan tertawa lebar.

Dalam beberapa hal di dalam kehidupan sehari-hari kita bisa saja salah persepsi. Salah menanggapi orang lain, salah menilai orang sehingga kelucuan, kekonyolan bahkan konflik kemungkinan besar bisa saja terjadi. Dan, ujung-ujungnya bertikai, dendam, dan bisa saja saling membunuh. Padahal, penyebabnya sepele. Hanya karena beda persepsi.

Andaikan kita saling memahami...
posted by Apollo Lase @ 12:02 AM  
7 Comments:
  • At 1:51:00 AM, Blogger Sisca said…

    Mas, sy bbrp kali mengalami di sini..efek dialek tentunya..hehehe..wong sebahasa aja bisa beda persepsinya..apalagi mengucapkan bahasa negara lain, hrs pandai2 menerjemahkan thema pembicaraan..:)

     
  • At 6:18:00 PM, Blogger Ang Tek Khun said…

    Bang, sering ketemu Mas Jimmy S Harianto? hihihi... jaka sembung :)

     
  • At 12:51:00 AM, Blogger Akira's Blog said…

    Gue juga beda persepsi atas status yg kamu tempelkan ke dirimu: kuli kata.
    What's that??? Wakz.... klow gue, in fact, jujur, agak risi dengan kata ituw. Sori deh ah... :D

     
  • At 9:52:00 AM, Blogger Innuendo said…

    kakkakakkak jarum 16 bijik. nyahok deh pak guru...makanya jangan merokok, pak hahahha

     
  • At 4:45:00 PM, Blogger Apollo Lase said…

    >>sisca, iya se7 tuh... emang faktor bahasa sangat menentukan suatu komunikasi.

    >>ang tek khun, heehe gak nyambung .... :D (gak berani nerusin hehhe). Jawabannya sudah di shoutbox kan hehhehe

    >>retma-haripahargio, hehheh apalah arti sebuah nick-name... :D semoga persepsinya positif ajah hahhahhaha.

    >>beverly lavaniaca, lagi-lagi emang bahasa (verbal) berperan ya.

    >>dian naulita, iya tuh, isap tuh jarum... :)

     
  • At 9:05:00 AM, Anonymous Anonymous said…

    aduh...kocak abis deh yg jarum itu **ngakak**

     
  • At 9:07:00 AM, Anonymous Anonymous said…

    tadinya pas baca, gw pikir si ohe bakal beli rokok jarum sebanyak 16 kotak, tp ternyata lebih parah bo. Ohe...ohee

     
Post a Comment
<< Home
 
Postingan Terakhir
Info Lain
Postingan Bulan Lalu
Pesan dan Kesan
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Sahabat Terbaikku
Free Hit Counter
Free Hit Counter