Tuesday, April 25, 2006
Mendung
Di sini awanku mendung ...

Akankah hujanmu turun?

Read more!
posted by Apollo Lase @ 11:28 PM   14 comments
bila waktunya tiba
bila waktunya tiba
bunga itu layu
mentari pun tenggelam
awan pun berlalu

bila waktunya tiba
dahan lapuk itu jatuh
tak kuasa menjadi baru
ia lenyap didera masa

bila waktunya tiba
raga kuat akan lemah
paras pun memudar
lalu ... kaku, sunyi
dan membumi.

kumau mengerti waktumu
kuingin menghitung harimu
kuhendak menanti datangmu

agar kusiap
agar kuinsaf
agar kumenjadi asin
agar kumenjadi celik
sebelum waktunya tiba....

Read more!
posted by Apollo Lase @ 11:02 PM   1 comments
Bahasa: Mempraktikkan Vs Memraktikkan
"Yang benar itu mempraktikkan atau memratikkan? kata seorang teman saya.

"Mempraktikkan...," jawab saya.

"Lho, mempesona jadi memesona, memperhatikan jadi memerhatikan. Kok gak sama sih. Bukankah mempraktikkan itu kata dasarnya juga berawalan "p" yang harusnya luluh.

Itu sekilas dialog yang terjadi di sebuah diskusi soal bahasa belum lama ini. Ada kebingungan bagi sebagian penulis, wartawan, atau masyarakat umum, termasuk para blogger, kapan suatu kata itu luluh dan kapan tidak.

Kita pasti sudah tahu bahwa kata-kata yang berawalan "p", "t", "k", "s" bila diikuti awalan (prefiks) "me-" maka huruf awal tersebut akan luluh. Yang tidak semua orang tahu adalah bahwa aturan tersebut tidak berlaku untuk kata yang diawali dengan konsonan rangkap, seperti praktik, proses, syarat, proyeksi, dan sebagainya. Maka, kita mengenal kata mempratikkan, memproses, mensyaratkan, memproyeksikan. Sebaliknya, kita juga mengenal kata memosisikan, memerhatikan, memesona, menulis, menyosialisasikan, menyurvei, menyajikan, dan lain-lain.

Lalu, bagaimana dengan kata "me-punya-i". Banyak kalangan masih memperdebatkan kata ini. Ada yang bilang kata ini kata dasarnya "punya" ada yang bilang kata dasarnya "empunya". Memang agak lucu bila ditulis dengan memunyai. Saya sendiri lebih memilih kata ini untuk digantikan dengan sinonimnya, "memiliki".

Di beberapa media massa, kesalahankaprahan ini sering kali masih kita jumpai. Padahal, posisi media massa sebagai fungsi edukasi begitu strategis sehingga pembacanya menjadi tercerahkan.

Ini hanya uneg-uneg saja, siapa tahu bisa bermanfaat.

Read more!
posted by Apollo Lase @ 7:41 PM   3 comments
Sunday, April 23, 2006
Buku (1)

Artikel di Buku Pun Seharusnya Pendek-pendek


Judul buku: Blog Tinneke Carmen
Penulis:
Albertina S Calemens
Penerbit: Gradien Books, Yogyakarta

Jumlah halaman: 246.
Harga toko: Rp 30.000


Dalam dunia yang tergesa-gesa saat ini, waktu untuk membaca sangat sedikit. Menurut survei, orang-orang dewasa ini hanya punya waktu untuk membaca sekitar 20 menit. Selebihnya, waktu digunakan untuk bekerja, dan bermacet ria di jalan-jalan Ibu Kota.

Tidak mengherankan bila saat ini sejumlah media massa, utamanya koran, berubah format menjadi lebih kecil, bentuknya dari broadsheet ke bentuk compact atau tabloid. Ini untuk memudahkan pembaca agar ketika naik angkutan umum bisa sambil membaca tanpa tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Di samping itu, berita juga pendek-pendek. Dari konsep tekstual menjadi visual thinking. Tabel-tabel, berita brief, foto-foto, kutipan, membuat navigasi yang berupa intisari berita yang ada di dalam di halaman muka setiap seksinya, hingga ilustrasi ditonjolkan. Semua dilakukan karena tadi, waktu membaca sedikit. Maka, tidak zamannya lagi artikel itu panjang-panjang.

Membaca buku blog tinneke carmen karya seorang bloger, Albertina S Calemens, agaknya membuatku semakin mengerti bahwa dunia buku pun mestinya sudah membaca fenomena ini. Artikelnya pendek, mengalir, enak dibaca.

Buku ini bercerita tentang curahan hati seorang anak manusia yang peduli dengan dunia sekelilingnya, apalagi didukung dengan kepercayaannya sebagai seorang Katolik yang taat. Semua yang ditulis adalah pengalaman pribadinya, yang mengambil latar keluarganya dan dirinya sendiri.

Ada banyak pelajaran berharga dari tulisan mantan wartawati ini. Misalnya, ketika ia bercerita tentang anak-anak tetangganya yang kesulitan untuk mengecap pendidikan. Ia mengatakan,

"Dan, ini membuat mereka tahu bahwa tidak perlu kaya untuk
memberi," (halaman 41).


Saya juga sangat terkesan dengan pertemuannya dengan Ibu Joice yang dengan anugerah Tuhan ia sembuh setelah ia merendam tubuhnya di kolam Grotto Messabielle, Roma. Terus terang, saya menitikkan airmata ketika membaca:

"Jadi, non kalau berdoa jangan berhenti, terus, siang dan
malam. ... " (halaman 56).


Buku ini disebut sebagai e-Life Series oleh penerbitnya, Gradien Books, barangkali karena diambil dari tulisan-tulisan yang dibuat oleh penulisnya di blog, yang oleh kebanyakan orang masih dipandang sebelah mata.

Kejelian Pak Ang Tek Khun untuk membukukan tulisan ini patut diacungkan jempol. Saya tahu buku-buku e-Life Series seperti ini akan menjadi berkat bagi pembacanya.

Satu saja yang agak mengganjal, pemuatan komentar-komentar orang yang sudah membaca buku itu agaknya lebih baik cukup dibuat di sampul bagian belakang saja. Tidak diulang lagi di halaman-halaman awal.

Read more!
posted by Apollo Lase @ 8:57 PM   4 comments
Saturday, April 22, 2006
Persahabatan (2)

Perhatian

Sudah dua hari ini sejak tanggal 20 April 2006 inbox ponsel, e-mail, dan shoutbox serta ruang "komentar" blog saya dijejali dengan doa-doa, dukungan, dan harapan-harapan. Tak lain karena saya berulang tahun. Jujur, ini membuat saya termotivasi dan hidup saya seperti lebih bergairah. Lebih hidup.... Saya mengerti bahwa apa yang teman-teman tuliskan adalah rangkaian kata yang membangun, positif, dan tulus. [Dan, dua kata yang bisa saya ucapkan buat semuanya, Terima Kasih.]

Ternyata, saya dan mungkin juga semua manusia membutuhkan apa yang namanya perhatian.

Seorang suami adalah wajib memberi perhatian kepada istrinya dan anak-anaknya. Demikian juga sebaliknya, istri sepatutnya memberi perhatian bagi suaminya. Bentuk perhatian bisa diwujudkan dalam berbagai macam cara. Bisa dengan verbal, misalnya dengan menanyakan keadaannya, atau sekadar menanyakan apakah "sudah makan?", atau sekadar melontarkan pujian: "wah, hari ini kamu cantik deh", dan sebagainya. Bentuk perhatian juga bisa dengan mengajak makan keluar atau sekadar menghadiahi pasangan kita dengan benda kecil. Hal ini akan semakin mempererat hubungan suami-istri menjadi lebih harmonis lagi.

Dalam persahabatan, "perhatian" ini juga tak kalah penting. Teman atau sahabat akan merasa senang bila kita memberi dia perhatian, mendukung dia ketika ia senang dan susah.

Saya mengutip ucapan kak Dian Naulita mengomentari postingan saya sebelumnya soal Omdo , katanya: "alhamdulillah saya punya teman sejati di spore yg selalu nongol disaat sedih and membiarkan disaat bahagia." Betapa bahagiannya kita bila ada teman yang bisa datang ketika kita sedang sedih sedang membutuhkan "bantuan".

Kadang-kadang bahkan sering, ada teman yang hanya mau memberi perhatian saat kita dalam kondisi baik senang, bahagia saja. Giliran kita dalam kesulitan, dalam kesedihan, mereka pergi entah ke mana. Mereka sibuklah, lagi punya masalahlah, dan entah apa lagi alasannya. Yang jelas mereka menghilang... dan menjadi sunyi.

Menurut saya, setidaknya tiga hal yang diperlukan dalam memberi perhatian:

  • Ketulusan. Berilah perhatian tanpa ada udang di balik bakwan.
  • Membangun. Berilah teman Anda perhatian yang membangun, positif gitu loch.
  • Setia. Datanglah dengan setia kepada sahabat ketika mereka dalam keadaan sedih maupun senang, lagi kere maupun sedang berlimpah uang. Mereka membutuhkan senyumanmu.

Read more!
posted by Apollo Lase @ 10:36 AM   5 comments
Thursday, April 20, 2006
Horeeee ... Umur Gua Nambah Lagi
Pukul 00.02, 20 April 2006, gw masih kerja di kantor, sebuah SMS dari istri tercinta meluncur...

"Selamat Ulang Tahun ya Pa, I luv U...." Waow... senangnya.

"Oh iya gw ulang tahun kan ya... he-he-he ampir lupa. Makaci ya Ma .... aku mencintaimu juga.... " begitu kalimat spontan membalas SMS-nya.

Sebenarnya gua hampir lupa. Ya enggak lupa sih, cuman gak terlalu dipikirin karena memang enggak biasa ngerayainnya sejak dulu.

Kalau setiap hari ulang tahun biasanya make a wish. Tahun ini apa ya? Sebenarnya banyak banget sih yang gua pengen tahun ini bisa gua dapat, jadi namanya make some wish... he-he-he. Yang jelas gua mau hidup sehat, pekerjaan lancar, dan satu hal yang sejak dulu jadi obsesi, renovasi rumah ... ha-ha-ha. Yang lain, dalam hati aja. Oh iya, satu lagi, ampir lupa, ingin punya momongan putri.... doain ya....

Read more!
posted by Apollo Lase @ 12:06 AM   13 comments
Tuesday, April 18, 2006
Persahabatan (1)

Omdo

Tak dimungkiri bahwa kita memiliki sahabat yang tahunya menasihati terus dan bisanya omong doang. Mungkin di awal-awal pertemanan sih bisa saja hal itu dianggap sepele dan diabaikan. Akan tetapi, seiring waktu lamanya persahabatan, sikap seperti itu lama-lama bisa bikin mau muntah saja dan persahabatan menjadi bisa terasa garing dan bisa-bisa merenggang.

Katakanlah, misalnya, teman kita sedang mengeluh, tekanan darah tingginya naik. Lalu, sebagai teman, kita pasti akan memberi dia saran, "Olahraga yang teratur dan pola makannya juga dijaga." Lalu, teman kita itu pasti manggut-manggut. "Iya ya. Kalau kamu olahraga apa? Mungkin itu pertanyaan yang akan meluncur dari bibirnya. "Ya, saya sih sibuk, dan belum bisa berolahraga." Yakin, teman kita yang lagi dalam masalah tersebut tidak akan pernah mau berolahraga. Dan, tidak akan tergerak berolahraga. Maka, masalah yang dikeluhkannya pun bisa saja semakin parah.

Akan tetapi, tatkala kita memberi respons seperti ini misalnya: "Kalau begitu coba deh, besok kita lari pagi bersama." Tanggapan teman tadi pasti ia akan lebih positif dan kemungkinan besar akan menuruti saran kita.

Saya teringat dengan apa yang sering saya lihat ketika dulu rajin naik angkutan umum. Dari Cibinong turun di UKI lanjut lagi ke arah Grogol. Nah, pas turun di UKI Cawang itu secara rutin saya melihat ada mas-mas yang jadi calon angkutan. "Garogol... garogol...!! Garogol... gol-gol. Ayo bu, Grogol bu..." teriakan khas sang calo tersebut sambil melambai-lambaikan tangan ke arah calon penumpang yang baru turun dari angkutan lain.

Kata Grogol dilafalkan Garogol, entah alasannya apa. Tapi yang jelas orang mengerti, yang dimaksudkannya, yakni terminal tujuan dari angkutan tersebut, Terminal Grogol, di Jakarta Barat. Saya sih menduga bahwa alasannya efisiensi penyebutan saja. Mengucapkan kata garogol agaknya lebih gampang daripada kata Grogol, apalagi bila diucapkan dengan cepat dan dengan suara keras pula.

Beberapa penumpang memang terbantu dengan jasanya. Ketika angkutan umum sudah saatnya berangkat maka, sang calo buru-buru mendekati jendela sebelah sopir atau pintu di mana kondektur gelantungan, dan uang koin Rp 500 hingga seribuan pun menjadi ganjarannya. Namun, mungkin kita enggak pernah kepikiran bahwa sang calo yang capek-capek teriak "Garogol-garogol" itu, justru tidak pernah sampai ke garogol atau bahkan bisa saja tidak tahu di mana itu garogol. Ia hanya terdo alias teriak-teriak doang.

Tanpa disadari, kita memang kadang-kadang "berlaku kejam" dengan teman kita, dengan sahabat kita. Kita menunjukkan perhatian kita kepada mereka dengan mencoba mau memberi jalan keluar untuk masalah mereka. Tetapi adakah kita pernah mencoba untuk memberi contoh dengan perbuatan kita sehingga teman kita ini bisa segera mengikuti ajakan kita.

Kenapa dikatakan berlaku kejam? Saat kita dibutuhkan oleh sahabat kita dan mengharapkan kita untuk bisa membantunya keluar dari masalahnya, tetapi kita justru tidak berhasil membantu dia, padahal sebenarnya kita bisa.

Kecenderungan omdo ini hampir semua bisa dialami oleh manusia tak terkecuali penulis. Lalu, bila ingin hubungan persahabatan kita tetap terjaga, maka mengurangi omdo ini mungkin bisa dipertimbangkan untuk dipraktikkan.


Read more!
posted by Apollo Lase @ 9:45 PM   5 comments
Friday, April 14, 2006
Andaikan Dia Tak Bangkit ...
Hari Jumat kemarin kita memperingati hari wafatnya Yesus Kristus. Tiga hari kemudian, hari Minggu, kita peringati sebagai hari Paskah, hari Kebangkitan Tuhan Yesus. Pertanyaannya,

Entah apa ya yang terjadi bila Dia tidak bangkit... ya?

Pertanyaan bisa jadi klise, tetapi setidaknya dengan begitu kita bisa memaknai kebangkitan-Nya. Sebuah SMS dari sahabatku,
Pico di Bandung, terundu di inbox ponselku merespons kalimat ini, katanya:
"Jembatan" menuju Allah tidak akan ada..!? Surga hanya
khayalan.... :)"

Aku merenungkan kalimat ini. Benar juga ya. Dengan kebangkitan-Nya kita bisa langsung berhubungan dengan Tuhan kita. Ingat kan peristiwa ketika detik-detik Dia wafat. Tabir di bait suci terbelah. Ini simbol bahwa kita tak lagi harus berdoa melalui imam, tetapi silakan langsung kepada Bapa.

Sudah lebih dari 2.000 tahun kejadian itu berlalu. Suatu waktu yang sangat lama dan selama itu juga dunia memperingatinya. Apakah dunia masih memaknai pengorbanan-Nya sebagai suatu anugerah Tuhan untuk semua umat manusia, untuk penghapusan dosa-dosa manusia? Dosa dunia telah ditanggung-Nya di kayu kutukan itu, dengan darah dan nyawa-Nya.

Seandainya Dia tidak bangkit, mungkin kita hingga saat ini terus terteror dengan dosa, kita mungkin hidup dalam tradisi hukum taurat?

Read more!
posted by Apollo Lase @ 10:50 PM   5 comments
Wednesday, April 12, 2006
5 Menit Saja
Ini tidak ada hubungannya dengan buku 5 Menit Saja, Karya Ibu Martha. Tetapi, ini tentang ciuman "5 menit saja". Wah... apa lagi ini?

Sudah pada baca enggak ya berita di Tempo Interaktif beberapa waktu lalu yang kebetulan memberitakan soal ini. Kalau belum, baca dulu gih sono. :D. Intinya, Pemkot Tangerang melarang warganya atau orang yang ada di wilayahnya untuk berciuman bibir minimal selama 5 menit. Ini diatur dalam Pasal 4B Rancangan Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pelaksana Peraturan Daerah Nomor 8/2005 tentang Larangan Pelacuran. (Selengkapnya baca aja: di sini)

Negara kita begitu care ya akhir-akhir ini dengan urusan moral bangsa. Bagus juga sih.... Namun, orientasinya harus tetap konsisten. Tidak dilatarbelakangi oleh kepentingan diri sendiri atau kelompok. Iya enggak. Ya, mungkin bukan rahasia umum ya, kalau di "negara dagelan" kita ini setidaknya mereka-mereka yang menyusun perda itu dapat uang sidang kan. Apalagi ini itung-itung ibadah, berlindung di balik: demi moral bangsa.

Akan tetapi, seperti biasa di Indonesia itu, kalau ada peraturan selalu ada saja celah untuk bisa melanggar. Atau bisa kongkalingkong dengan petugasnya. Liat saja perda larangan merokok di Jakarta itu misalnya. Para perokok yang ketangkap bayar Rp 50.000 sudah bisa bebas. Tidak tegas... kan? Jadi, ketahuan memang kalau ini semua sekadar akal-akalan dan obyek-obyekan belaka.

Nah kembali ke ciuman tadi. Ada beberapa nasihat untuk yang tidak bisa menahan diri dan ngebet ciuman. Kamu mesti pintar-pintar dan kudu bawa jam. Sebab, kamu masih boleh ciuman selama empat menit 59 detik. Awas jangan lebih lho he-he-he.

Simak beberapa komentar teman-teman saya di bawah ini:
  • coba saja ke tangerang, dan cium bibir ketemu bibir selama 4,9 menit.... get the feeling
  • Jadi hati-hati cium anak di Tangerang. Jangan sampai cium bibir... (Tahu, negeri ini makin lama jadi seperti negeri dongeng ya....)
  • Kalau ngumpet di balik tembok, boleh lebih dari lima menit?
  • Asal gak sampai ketahuan petugas pamong praja, sih, boleh sampai satu jamya???? Sampai jontor!!!
  • mohon tipsnya, kalo bisa lebih dari lima menit, ngapain cuman ciuman doang... trus kalo kurang dari lima menit tapi frenchkiss boleh gak?
  • Kalau ngumpet di balik tembok, ukurannya bukan menitan, tapi jam-jaman.
Lalu, komentar kamu apa?

Read more!
posted by Apollo Lase @ 5:51 PM   4 comments
Friday, April 07, 2006
Pacaran Lagi?
"Don't call me again. Bye."

SMS itu saya terima sore tadi. Iya sore tadi, sebelum memulai ritual bergurau ria di kantin belakang kantor. Sontak ada rasa kaget yang bergemuruh di dadaku. Mengerutkan sedikit kening, menyimak makna sepotong pesan singkat itu. Aku bak kesambar petir di siang sedikit bolong.


Wah, aku kenal betul pengirim SMS ini. Ia orang baik, perhatian, dan suka menolong, dan satu hal, ia mencintaiku. Sejam yang lalu aku ketemu dia. Ia sempat menyuapiku dengan sepotong pizza. Lalu, ada apa ini? Apakah ia ngambek? Apakah ia memang marah beneran. Tapi, kapan aku menghubungi dia ya? Sembilan ratus sembilan puluh sembilan tanya menumpuk di kerongkonganku.

"Eh ada apa ini?"

Kalimat pendek ini segera kukirim ke dia. Aku berharap ia segera menyelamatkanku dari kekonyolan sore ini. Aku berharap ia segera mengetikkan beberapa kata untukku, iya, aku harapkan seperti itu. Anda tahu bahwa aku sebenarnya mencintai dia. Iya, sungguh aku mencintai dia. Tapi kok secepat itu ia berubah?

Sebuah tangan mengguncang-guncang tubuhku. Bersamaan dengan itu kudengar suara: "Pa, pergi dulu ya." Sesaat aku bertanya, lho aku ada di mana? Aku kan masih menunggu jawaban dari dia. "Papa, pergi dulu ya," suara itu kembali kudengar tapi agak keras sambil sebuah bibir mungil mencium pipiku. Aku tersadar, ini baru pukul 7.30 pagi waktunya anakku, Nicolash, berangkat ke sekolah. "Ya, ampun aku mimpi ya?" Setiap hari anakku diantar dia kesekolah. Dan, seperti biasa anakku selalu pamit dan memberi ciuman untukku.

Ketika aku sendirian di rumah, aku periksa HP ku. Tidak ada satu pesan pun yang masuk. Ini konyol, benar, konyol.... Aku seperti sedang berada di saat-saat pacaran dengan dia dulu. Ada kangen, ada ngambek, ada jeles, ada manja. Tapi kok sampai mimpi seperti itu ya? "Tapi aku masih menunggu jawaban SMS itu". Walah ... rupanya aku masih terbawa mimpi yang barusan aku lalui.

[Jangan-jangan aku harus hidupkan romansa pacaran dulu. Iya, aku ingin lakukan itu. Aku mencintaimu Ma]

Read more!
posted by Apollo Lase @ 12:18 AM   12 comments
Monday, April 03, 2006
Beda Persepsi
Penyampaian pesan dalam ilmu komunikasi disebut efektif apabila pesan yang diterima oleh komunikan (penerima pesan) sesuai dengan diinginkan oleh komunikator (penyampai pesan). Ketika kita sampaikan pesan A kepada orang lain, bila ditanggapi B berarti proses komunikasi yang kita lakukan tidak berjalan dengan baik. Komunikasi berhasil bila ketika komunikator menyampaikan A dan komunikan juga memaknainya A. Ternyata orang lain bisa saja memiliki presepsi berbeda terhadap setiap simbol komunikasi yang kita pakai dalam berkomunikasi.

Saya punya pengalaman yang sedikit ada hubungannya dengan kalimat di atas. Kemarin, Minggu (2/4/2006) seperti biasa, setiap sore, saya dan beberapa teman kuli kata makan malam di kantin belakang kantor saya. Mungkin karena libur, beberapa warung penjaja makanan tutup. Warung Agus, demikian nama warung itu kami sebut karena yang punya bernama Agus, juga ikutan tutup. Warung Agus terkenal dengan roti bakarnya, mi rebus, segala minuman botol (kecuali vodka), dan sebagainya. Nah, karena warung Agus tutup, terpaksa pilihannya pada warung gendut. Lagi-lagi atribusinya ini kami ciptakan karena pemiliknya berbadan gendut. Warung gendut ini biasa menjual nasi goreng, nasi jenggo, mi rebus dan mi goreng.

Karena enggak ada pilihan, akhirnya saya pesan nasi goreng. "Mas, saya pesan nasi goreng ya, satu. Enggak usah pakai daging ayam ya. Terus telurnya diceplok saja." Si masnya manggut-manggut. Pasti kalau manggut-manggut tandanya mengerti apa yang saya sampaikan. Temanku, Nuradji, juga pesan. "Mas, saya juga nasi goreng, terus enggak usah pake kecap, dan telurnya juga diceplokin aja ya."

Tidak lama kemudian, pesanan kami pun diantar. Begitu memulai sesuap, ternyata nasi goreng pesanan saya masih dikasih daging ayam dan telurnya bukan diceplok, namun didadar. Nasi goreng Nuradji juga telurnya tidak diceplok tetapi dicampur dengan nasi gorengnya. Ada kekecewaan. Saya yang tadinya lapar menjadi enggak selera. Alhasil, nasi goreng tersisa setengah. Beruntung Nuradji bisa menghabiskan nasgornya. Melihat kejadian itu, seorang temanku, Priski, mengatakan, "Apollo, harusnya tungguin sampai dia memulai menggoreng nasi pesananmu. Jadi memang harus cerewet ke masnya itu." ujar Priski. "Ah masak sih, segitunya," ujarku. Saya pun disadarkan bahwa kalau menyampaikan pesan, mesti harus melihat dulu siapa orangnya, sehingga cara komunikasinya disesuaikan.

Lalu apa yang salah dengan komunikasi saya di atas sehingga saya harus kecewa?

Oh, iya saya ingat juga satu peristiwa, yang entah lucu atau tidak. Begini ceritanya. Saat saya masih SMA di Gunungsitoli, Nias, guru saya namanya Agustinus Harefa, biasa kami panggil Pak Ag Harefa, meminta tolong kepada temanku, Ohezaro, untuk dibelikan rokok Jarum 16. "Ohe, tolong belikan jarum dong. 16 ya," kata guruku itu sambil menyerahkan uang. Ohe dengan tenang pergi ke warung di depan sekolahku. Tak lama kemudian Ohe pulang dan menyerahkan pesanan Pak Ag Harefa itu. Pak Ag terpaksa kecewa. Kenapa kecewa? Karena Ohe tidak membeli rokok jarum 16, tetapi membeli jarum (buat menjahit) sebanyak 16 biji. "Ohe, saya pesan rokok Jarum 16 bukan jarum!!!. Emang saya tukang jahit," kata Pak Ag sedikit geram dan tertawa lebar.

Dalam beberapa hal di dalam kehidupan sehari-hari kita bisa saja salah persepsi. Salah menanggapi orang lain, salah menilai orang sehingga kelucuan, kekonyolan bahkan konflik kemungkinan besar bisa saja terjadi. Dan, ujung-ujungnya bertikai, dendam, dan bisa saja saling membunuh. Padahal, penyebabnya sepele. Hanya karena beda persepsi.

Andaikan kita saling memahami...

Read more!
posted by Apollo Lase @ 12:02 AM   7 comments
Postingan Terakhir
Info Lain
Postingan Bulan Lalu
Pesan dan Kesan
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Sahabat Terbaikku
Free Hit Counter
Free Hit Counter